Kupang, NTT
Di tengah glamournya Ibu Kota dengan taman – taman kota yang angkuh berdiri, dan pembangunan infrastruktur yang begitu masif, ada tangisan pilu dari kaum marginal di sudut kota akibat terhimpit kemiskinan.
Kakek Hanok Teuf misalnya, salah satu warga Rt 025/ RW. 008, Kelurahan Manutapen, Kecamatan Alak, Kota Kupang, Nusa Tenggara Timur (NTT), luput dari perhatian pemerintah.
Pria tua yang kesehariannya berprofesi sebagai tukang parkir itu, hidup serba kekurangan dalam sebuah gubuk reot yang sudah termakan usia.
Gubuk berukuran 6 X 8 meter dengan kondisi atap seng yang sudah berlubang, dinding dari pelepah gewang yang sudah mulai lapuk serta lantai dari semen kasar yang sudah mulai hancur menjadi tempat bernaung kakek Hanok dan 13 anggita keluarga (anak dan cucu) .
![](https://i1.wp.com/www.metrobuananews.com/wp-content/uploads/2020/11/IMG-20201111-WA0006.jpg?ssl=1)
![](https://i2.wp.com/www.metrobuananews.com/wp-content/uploads/2020/11/IMG-20201113-WA0046.jpg?ssl=1)
Hanya ada 1 tempat tidur di dalam rumah itu yang gunakan oleh anak kakek Hanok yang sedang sakit. Sedangkan para penghuni lainnya tidur bersama diatas terpal yang dibentang di lantai.
Keadaan rumah begitu lembab dan kumuh. Tak heran jika seorang anak kakek Hanok yang saat ini dirawat di RSUD S. K Lerik menderita tuberkulosis (TBC).
Anak kakek Hanok yang sedang terbaring di Rumah Sakit S.K Lerik Kupang
Kehidupan keluarga malang ini tergantung penghasilan kakek Hanok dan seorang anak laki – laki yang berprofesi sebagai tukang ojek.
“Kalau dapat uang parkir kami pakai untuk beli beras, tapi kalau sepi yah kadang kami (orang dewasa) tidak makan, yang penting cucu – cucu makan”, ungkap Kakek Hanok.
Untuk mandi dan minum keluarga ini tergantung pada air kali. “Minum dan mandi dari kali”, ujar pria tua itu.
Dia mengaku bahwa selama ini baru pernah mendapat bantuan sembako sebanyak 2 kali.
“Mudah – mudahan pemerintah bisa bantu perbaiki ba’i (kakek red) punya rumah”, ujarnya penuh harap. (MBN01).
Komentar