Rote Ndao, NTT
Viktoria Lelama, seorang nenek berusia 68 tahun di RT 04/RW 02, Desa Bolatena, Kecamatan Landu Leko, Kabupaten Rote Ndao, Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) hidup sebatang kara di sebuah gubuk reyot.
Sepeninggal suaminya menghadap sang khalik, nenek Toi, demikian sapaan akrab Viktoria Lelama, harus berjuang sendiri untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.
Gubuk reyot berukuran 4 X 5 meter, yang Ia tempati saat ini sudah sangat memperihatinkan. Kalau boleh jujur, lebih layak disebut kandang ternak. (Maaf).
![](https://www.metrobuananews.com/wp-content/uploads/2021/05/20210515_183439-300x178.jpg)
Dinding rumah nenek malang ini, terbuat dari pelepah lontar bercampur papan kayu, sudah lapuk dan bolong dimakan rayap.
Sedangkan atap rumah, terbuat dari daun gewang, sudah berlubang termakan usia. Ketika musim panas, cahaya matahari bebas menari di dalam gubuk derita nenek Toi.
Namun saat musim hujan, lantai rumah nenek Toi layaknya sebuah kubangan berlumpur. Sungguh sebuah penderitaan tak berujung.
Nenek Toi tak sanggup memperbaiki gubuk itu karena memang tak punya apa-apa.
Tidak ada barang berharga di dalam gubuk derita itu. Hanya sebuah bale – bale (ranjang, red) tempat nenek Toi merebahkan tubuhnya yang sudah renta.
Jika malam tiba, wanita tua itu mengandalkan lampu tioek (pelita, red) sebagai alat penerangan. Namun, kadang Dia harus gelap – gelapan karena tidak memiliki uang untuk membeli minyak tanah.
Untuk memenuhi kebutuhan sehari – hari, nenek Toi harus terseok – seok memungut sisa – sisa padi dari hasil panen warga setempat yang tertinggal.
![](https://www.metrobuananews.com/wp-content/uploads/2021/05/20210515_192616-1-300x178.jpg)
Saat Bencana Seroja
Ketika bencana badai Seroja menerjang NTT, nenek Viktoria Lelama juga terancam saat itu.
Hujan mengguyur deras disertai angin kencang membuat nenek Toi basah kuyup di dalam rumahnya.
“Baru-baru bencana saya hanya bisa peluk tiang dan pasrah sambil menangis dan berdoa kalau bisa TUHAN jangan kasih roboh ini rumah, nanti saya tinggal di dimana?” nenek Toi berderai air mata mengisahkan kejadian yang dialami saat bencana.
Tak kuasa menahan dingin dan gempuran badai, nenek Toi kemudian mencari tempat berlindung.
“Terkahir saya lari ke geraja dan berlindung disana paginya baru saya pulang,” ujarnya.
Luput dari Perhatian Pemerintah
Kendati hidup dalam kekurangan dan belenggu kemiskinan, hingga saat ini nenek malang ini tidak pernah tersentuh bantuan pemerintah.
“Saya mau harap apa, sedangkan bantuan seperti raskin, sembako banyak-banyak saja saya tidak dapat, apa lagi bantuan rumah,” ungkap Nenek Toi, saat disambangi media ini, Sabtu (15/5/2021).
Bantuan rumah layak huni yang bersumber dari dana desa juga tidak menyentuh nenek Toi.
Nenek renta ini tidak bermimpi untuk tinggal di istana yang bergelimang kemewahan. Dia hanya berharap sebuah hunian yang layak untuk melindungi tubuhnya dari hujan dan panas.
Laporan : Mekris Ruy (Kontributor MBN Rote Ndao)
Komentar