Kupang, NTT
Polemik Vaksin Nusantara yang hingga saat ini belum bisa masuk dalam uji klinis tahap II dinilai bukan masalah tekhnis semata, namun telah ditunggangi kepentingan besar soal Impor.
Betapa tidak, anggaran yang dialokasikan untuk Impor Vaksin Sinovac cukup fantastis yakni sekitar Rp50 triliun.
Wakil Ketua Komisi IX DPR Melki Laka Lena, kepada awak media di Kupang, Jumat (16/4/2021) mengatakan Vaksin Nusantara merupakan produk yang bagus namun tidak mudah karena harus menghadapi ‘kekuatan’ Vaksin Impor.
“Sejak awal sudah dipesan (Sinovac), dan total biayanya, sesuai data yang sudah diberikan kepada kami (Komisi IX DPR RI, red) itu sebanyak Rp50 triliun,” kata Melki.
“Jadi memang ini bisnis besar. Kalau Vaksin Nusantara jadi dan diproduksi secara masal maka yang urus Rp50 triliun ini akan terganggu,” imbuhnya.
Menurut anggota DPD RI yang berlatarbelakang pendidikan farmasi ini, Vaksin Nusantara sebenarnya sangat bagus dan seharusnya didukung karena merupakan karya anak bangsa.
“Pak Terawan (Dokter Terawan Agus Putranto) itu luar biasa, bisa melihat hal yang orang lihat biasa tetapi diteliti menjadi sesuatu yang luar biasa dan bermanfaat,” kata Melki.
Menurutnya, penelitian terkait Vaksin Nusantara atau vaksin personal berbasis sel dendritik, telah dilakukan sejak tahun 2015, sehingga hal tersebut bukan barang baru bagi dokter Terawan.
“Ada yang bilang DPR RI intervensi, DPR RI tidak paham soal penelitian, dan lainnya, saya selalu balikan itu. Selain politisi, saya ini farmasi, saya tahu cara bikin obat. jadi urusan teknis pun saya bisa masuk,” tegas Melki.
Menurut anggota DPR RI asal Nusa Tenggara Timur itu, pihaknya bahkan telah mengikuti proses penelitian dan mengetahui teknis penelitian yang dilakukan dokter Terawan dan para peneliti lainnya, dan bagaimana Badan POM memperlakukan Peneliti.
“Jadi intinya Rp50 triliun ini tertanggu dengan kehadiran Vaksin Nusantara,” kata Melki.
Menurut Melki, fungsi dari Badan POM sebenarnya ada di uji klinis tahap 2 dan tahap 3 dan produksi masal, untuk memastikan kemananan masyarakat saat menggunakan Vaksin tersebut.
“Kemarin saat di Gatot Subroto, kepala badan POM ini ngomong seolah – olah vaksin ini mengkhawatirkan dan menakutkan. Kita cek ke peneliti, menurut peneliti ini pembohongan publik. Ini hanya karena mau mencekal vaksin Nusantara,” tandas Melki.
Melki merasa heran karena BPOM mempersoalkan peneliti asing yang bergabung dalam tim peneliti vaksin Nusantara.
“Hal teknis yang menurut saya bisa diperbaiki malah dipersoalkan, peneliti asing jadi masalah serius, padahal kita makan vaksin asing semua ini, Sinovac kita telan, AstraZeneca kita pakai, 100% asing semua kita telan, gak pakai ribut – ribut,” pungkas Melki.
Setelah melihat langsung proses penelitian dan berkomunikasi secara langsung dengan para peneliti termasuk dokter Terawan, Melki Laka Lena dan anggota Komisi IX berkomitmen untuk membackup penelitian tersebut.
“Kita back up terkait dengan penemuan yang harus dilindungi dari kemungkinan dimatiin sama mafia impor, sekarang menjadi ramai karena masing – masing adu kekuatan,” tutup ketua DPD I Golkar NTT itu. (MBN01)
Komentar