Kupang, NTT
Dinas Kebudayaan Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) di bawah kendali Sinun Petrus Manuk, terus melakukan inovasi dan kreasi dalam rangka menjaga dan melestarikan tenun ikat sebagai kekayaan budaya NTT.
Sebuah gebrakan yang patut diberi apresiasi yakni pergelaran seni dan budaya dengan menampilkan kain tenun ikat khas seluruh kabupaten Kota di NTT.
“Tujuan kegiatan ini adalah untuk menampilkan karya seni budaya NTT, kali ini kita tampil ful tenun ikat NTT, dengan tema besar “Gelar Seni pertunjukan akbar Negeri 1000 Moko“, kata Sinun Petrus Manuk, Kepala Dinas Kebudayaan Provinsi NTT, Sabtu (16/12/2018)
![](http://www.metrobuananews.com/wp-content/uploads/2018/12/IMG_20181215_1229252-320x240.jpg)
Lebih lanjut Dia mengatakan, kegiatan tersebut sebagai langkah awal menanamkan rasa cinta dan rasa memiliki tenun ikat bagi generasi muda sejak dini, karena menurutnya NTT memiliki karya budaya yang luar biasa, tenun yang mendunia, bahkan tenun Sumba yang sudah menjadi urusan Unesco.
“Ini upaya kita untuk melestarikan tenun ikat NTT, karena kalau tidak dilestarikan maka satu kali kelak tidak ada lagi tenun ikat, yang ada hanyalah hasil printing dari pabrik yang meniru keunikan motif tenun ikat NTT”, jelasnya.
Dijelaskan pula, kegiatan seperti itu tidak terhenti sampai di situ saja tetapi tahun 2019 pihaknya akan bekerjasama dengan Dekranasda Provinsi NTT, Tim Penggerak PKK NTT, untuk pelestarian tenun ikat diwadahkan di sekolah – sekolah.
“Siswa mesti pintar menenun, untuk melestarikan warisan nenek moyang, selain melestarikan budaya tetapi berdampak pada pertumbuhan ekonomi kreatif”, tandasnya.
Dia memgatakan pergelaran seni budaya seperti ini sudah pernah digelar dengan tema “the legend of Timor”.
“Tahun ini kita mau eksplore kekayaan budaya yang ada di Alor, tahun depan kita pilih kabupaten lain lagi. Hal ini untuk menunjukan kepada dunia bahwa NTT kaya akan budaya”, terang Sinun Petrus Manuk.
Di tempat yang sama, Ketua Dewan Kerajinan Nasional Daerah (Dekranasda) Provinsi NTT , Julie Sutrisno Laiskodat, mengatakan pihaknya sangat senang dengan kegiatan yang digagas Dinas Kebudayaan, pasalnya saat ini NTT memiliki 2 keindahan yang bisa “dijual”, yakni keindahan alam dan budaya.
“Keindahan alam itu bisa kita jual sebagai pariwisata, sementara budaya daapt dimanfaatkan dengan baik untuk meningkatkan perekonomian kita sehingga kesejahteraan itu bisa tercapai”, ungkap Julie.
Pemilik Levico Butik ini menjelaskan, Budaya menenun harus dipertahankan dan dilestarikan karena dari sana akan menghidupkan banyak orang.
“Tentu akan menghidupi para penenun itu sendiri, para pelaku ekonomi kreatif seperti pengusaha butik, designer, dan lainnya”, katanya.
Karena itu, Istri dari Gubernur NTT, Viktor Laiskodat ini, berkomitmen, mulai tahun 2019 Dekranasda NTT akan bersinergi dengan Dinas Kebudayaan dan Pendidikan untuk membuka kelas tenun di sekolah – sekolah. Hal ini dilakukan untuk menjaga dan melestarikam budaya tenun yang hampir punah.
“Budaya menenun hampir punah karena itu Kami bekerjasama dengan SMK untuk membuka kelas menenun. SMK 4 sudah bekerja sama dengan butik di Jakarta sehingga mereka sudah bisa menjual lansung ke butik hasil tenun mereka, mereka sudah bisa menghasilkan uang”, terang Julie.
Dia meminta para desainer lokal di NTT yang ingin maju, fokus pada kain tenun ikat.
“NTT kaya akan kain tenun ikat dengan berbagai motif, setiap daerah memiliki ciri khas tersendiri, karena itu jika para desiner ingin bersaing ke kancah Nasional maka fokus pada tenun ikat”, ungkap Julie.
Pada momentum pergelaran seni budaya bernuansa tenun ikat itu, Julie Laiskodat menghimbau seluruh masyarakat NTT untuk mencintai kain tenun ikat.
“Sehari saya tidak pakai tenun NTT saya merasa sangat bersalah”, ungkap wanita yang sudah membawa tenun ikat go internasional dalam berbagai event fashion show bertaraf internasional.
Pantauan media, pergelaran seni budaya yang dipadukan dalam lomba fashion show menampilkan kain tenun ikat dari seluruh kabupaten kota di NTT yang didesain modis dan mempesona. (MBM01)
Komentar