Kisah Pilu Pasutri Lansia di Rote, Hidup Bergantung Belas Kasih

Rote Ndao, NTT

Kisah pilu Abner Kay (85) dan Rosalin Toko (84), pasangan suami istri (Pasutri) lanjut usia (Lansia) asal RT 02/RW 01, Kelurahan Londalusi, Kecamatan Rote Timur, Kabupaten Rote Ndao, Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT), hidup berdua disebuah gubuk reot, bergantung pada belas kasih tetangga.

Ironisnya, pasutri kurang beruntung ini nyaris tidak tersentuh bantuan pemerintah.

Kehidupan kakek Abner dan istrinya Rosalin, begitu meperihatinkan. Sebuah gubuk reot berukuran 3 x 4 meter, menjadi tempat bernaung pasutri ini.

Atapnya terbuat dari daun lontar dan langsung menancap di tanah sehingga tidak ada dinding. Sedangkan lantainya dari tanah.

Gubuk tersebut tidak hanya digunakan untuk tidur tetapi sekaligus menjadi dapur.

Baca Juga:  Kisah Pilu Nenek Viktoria, Hidup Sebatang Kara di Gubuk Reyot

Sebuah kardus usang dijadikan sebagai lemari untuk menyimpan pakaian.

Di satu sudut gubuk tersebut terdapat beberapa lembar papan yang terbuat dari pohon lontar, tempat kakek dan nenek meletakkan tubuhnya yang renta saat malam tiba.

Untuk makan sehari – hari, kakek dan nenek ini tergantung pada belas kasih sesama.

“Kita tidak dapat bantuan sama sekali baik itu BLT atau sembako,” ujar kakek Abner, kepada awak media, Senin (18/4/2022).

Untuk urusan makan minum, kakek Abner mengaku sering dibantu oleh seorang pimpinan gereja di wilayah tersebut.

“Kalau soal makan dan minum biasa pak pendeta yang bantu kita, waktu bulan kemarin itu bapak pendeta masih bawah kasi beras 10 kilogram dan bamasak saya sendiri yang masak untuk kami makan,” ungkapnya.

Baca Juga:  Mengurai Senyum Kaum Marginal di Balik Gubuk Reot

Selain bantuan dari pendeta, ada seorang polisi humanis dari Polsek Rote Timur, yakni Aiptu Dedi Umbulado juga turut membantu pasutri lansia tersebut.

Selain hunian yang tidak layak dan masalah ekonomi, nenek Tisalin juga dalam keadaan sakit namun tidak bisa berobat karena tidak memiliki uang.

Terkait kondisi pasutri lansia ini, Lurah Londalusi, Yambres Y Serah, mengaku belum ada bantuan apa pun yang menyentuh kakek dan nenek itu.

Baca Juga:  Kisah Pilu Guru Honor SMP Satap Tenelai di Hari Kemerdekaan

“Kalau soal bantuan untuk bapak Abner Kay, itu memang beliau tidak dapat sama sekali karena kendalanya di kartu keluarga,” jelas Yambres.

Dia berjanji tahun ini memproritaskan bantuan rumah layak huni untuk kakek Abner dan istrinya.

“Untuk dana kelurahan pasti ada swadayanya, tapi saya tetap berusaha untuk rumah Bapak Abner dibangun sampai selesai tanpa swadaya,” pungkas Lurah.

Selain itu Lurah berjanji untuk mengakomodir Pasutri ini menjadi penerima bantuan program keluarga harapan (PKH).

“Ada penerima PKH yang sudah meninggal, nanti saya akan alihkan ke Bapak Abner,” tandasnya.

Penulis : Mekris Ruy (Kontributor MBN Rote Ndao)

 

Komentar