Mengurai Senyum Kaum Marginal di Balik Gubuk Reot

Kupang, NTT

Nusa Tenggara Timur (NTT) hingga saat ini masih betah di peringkat ketiga termiskin tingkat nasional, setelah provinsi Papua dan Papua Barat.

Entah karena letaknya yang jauh dari ibukota negara, sehingga lebih banyak mendapat hembusan angin surga, ketimbang bongkahan berlian. Atau ada yang salah dengan tata kelola pemerintahan, sehingga yang kaya makin meraja, sedangkan si miskin kian merana.

Situasi ini merupakan cambuk bagi pemimpin di Kota Kupang. Pasalnya, wajah provinsi termiskin ketiga di republik ini ada di Kota Kupang.

Tidak bisa dipungkiri, bahwa di antara gedung bertingkat nan mewah di kota ini, ada begitu banyak kaum marginal yang menjerit dihimpit kemiskinan. Mereka tinggal di gubuk reot, berdampingan dengan perumahan elit dan gedung bertingkat. Kondisi ini mengetuk nurani Ketua Dewan Pimpinan Daerah (DPD) Demokrat NTT, Jefri Riwu Kore.

Ada empat hal penting yang dilakukan oleh Jefri Riwu Kore untuk mengurai senyum kaum marginal yang terpinggirkan.

Pertama, dengan kekuasaan yang dimiliki sebagai Wali Kota, Jeriko menggagas program bedah rumah bagi warga miskin. Hal ini dilakukan guna memberi rasa aman, nyaman, dan berkeadilan sosial. Program ini disambut gembira masyarakat Kota Kupang.

Nenek Siti Abdulah misalnya, Janda lansia berumur 76 tahun di Kelurahan Penfui, Kecamatan Maulafa, yang hidup sebatang kara, mengaku sangat bersyukur mendapat bantuan bedah rumah.

Baca Juga:  Abaikan Protokol Kesehatan, Didenda Hingga Rp10 Juta

Betapa tidak, rumah nenek Siti kala itu, jauh dari kata layak. Atapnya terbuat dari seng namun sudah berlubang termakan usia. Sementara dindingnya terbuat dari pelepah gewang yang sudah lapuk.

Nenek Siti tidak pernah berpikir untuk memperbaiki rumah tersebut, sebab, untuk makan saja nenek Siti kesulitan.

Derita nenek Siti tidak serta merta diketahui Jeriko. Namun, ada salah satu kader muda Partai Demokrat, Jefri Tapobali, lebih dulu mengetahui keberadaan nenek Siti.

Sebagai kader Partai yang masih muda dan enerjik, Jefri berupaya mengumpulkan donasi bagi nenek Siti. Banyak yang peduli dan memberikan sumbangan melalui “Peluncur” partai Demokrat Kota Kupang ini.

Sumbangan berupa sembako dan uang diantar langsung kepada Nenek Siti. Suasana kala itu cukup mengharu biru. Nenek Siti menangis haru karena tak menduga bakal ada yang peduli dengan kehidupannya.

Hal ini diketahui ketua DPD Demokrat NTT, Jefri Riwu Kore. Ia bersama isterinya mendatangi nenek Siti, untuk melihat langsung kondisinya. Jeriko meneteskan air mata kala itu, melihat wanita tua yang seharusnya mejalani hari tuanya dengan tenang dan nyaman, malah terseok – seok di dalam gubuk reot.

Saat kembali, Jeriko memutuskan untuk segera membedah rumah nenek Siti. Tidak sampai seminggu, bahan bangunan sudah didroping bersama tukang. Sekitar dua (2) minggu, rumah reot nenek Siti sudah berubah menjadi hunian yang nyaman.

Baca Juga:  Leo Lelo Kader Loyal, Jeriko "Pasang Dada" Saat KLB, Siapa Pilihan DPP Demokrat?

“Terima kasih bapak Jeriko, Tuhan selalu memberi mu kekuatan dan hikmat agar terus memperhatikan orang susah di kota ini,” ungkap nenek Siti berurai air mata, saat Jeriko menyerahkan kunci rumah.

Selain merenovasi rumah, Jeriko juga melengkapi rumah yang baru dibangun dengan berbagai perabot rumah tangga.

Program bedah rumah yang digagas Jeriko merupakan upaya untuk meminimalisir kesenjangan sosial di Nusa Tenggara Timur, khususnya Kota Kupang.

Kedua, selain bedah rumah, kader terbaik partai berlambang bintang mercy ini, mulai memoles wajah kota yang sebelumnya berpenampilan “kampungan” menjadi kota modern.

Ada beberapa taman kota yang dulunya hanya dipenuhi rumput liar dan belukar, disulap menjadi tempat yang indah dan dirindukan banyak orang.

Salah satunya adalah taman Tirosa atau lebih dikenal dengan bundaran PU. Kawasan ini menjadi tempat favorit bagi kawula muda saat malam menyapa.

Lampu hias aneka warna dipasang di sekitar bundaran yang berada tepat di pintu masuk Kota Kupang itu. Tempat ini diminati kawula muda karena merupakan area publik tak berbayar, yang artinya kawasan yang berpihak kepada masyarakat bawah.

Tak hanya itu, sinergitas yang dibangun Jeriko bersama Bank Pembangunan Daerah Nusa Tenggara Timur, menghasilkan air mancur menari yang sangat memukau di Bundaran Tirosa.

Bundaran yang dilengkapi dengan air mancur menari itu, konon katanya merupakan air mancur menari terbaik kedua di Indonesia, setelah Bundaran HI di Jakarta.

Baca Juga:  Pengacara KAI Komit Jadi "Serdadu" Kebenaran dan Sahabat Kaum Marginal

Ketiga, cahaya bintang mercy tak hanya sampai di situ. Jeriko membuat Kota Kupang terang – benderang. Lampu jalan di pasang di setiap sudut kota, hingga pekatnya malam seakan tak berdaya di Kota Kupang. Kota Kupang benar- benar menjadi kota modern di Provinsi ini.

Keempat, bukan hanya wajah kota yang dipoles hingga bercahaya, Jeriko juga memberi sinar harapan dan optimisme kepada masyarakat Kota Kupang saat badai menerjang.

Bersama kader Partai Demokrat, Jeriko menyasar setiap sudut kota untuk membantu warga yang terdampak badai Seroja dan Pandemi COVID-19.

Tak hanya di Kota Kupang, Ketua DPD Partai Demokrat NTT ini didampingi pengurus DPD Demokrat NTT dan DPC Demokrat Kabupaten Kupang, menyambangi pulau Kera untuk berbagi kasih. Pulau Kera merupakan sebuah Pulau kecil di sebelah utara Kota Kupang, namun merupakan bagian dari Kabupaten Kupang. Kehadiran rombongan partai Demokrat itu disambut gembira oleh warga.

Dalam silaturahmi penuh kehangatan itu, Jeriko menyampaikan bahwa bantuan yang dibawa merupakan bingkisan kasih dari ketua umum Partai Demokrat, Agus Harimurti Yudhoyono atau AHY.
Jeriko berkomitmen, selama Bintang Mercy masih bersinar, maka selalu ada harapan di jalan juang.

Itulah beberapa hal yang telah dilakukan Jeriko demi mengurai senyum kaum marginal di balik gubuk reot.(Nyongky)

Komentar