Noemuti, NTT
Perajin gerabah di desa Fatumuti, Kecamatan Noemuti, Kabupaten Timor Tengag Utara (TTU), Nusa Tenggara Timur (NTT) masih bertahan di tengah gempuran pandemi COVID-19, meski tidak tersentuh bantuan apapun termasuk bantuan untuk pelaku UMKM.
Theodorus Satban, demikian nama lengkap perajin gerabah yang terus berproduksi seolah – olah usahanya tidak terdampak di tengah kembang kempis perekonomian.
Pria tua yang menggeluti usaha gerabah sejak tahun 1995 ini, awalnya memiliki 10 orang karyawan, namun Dia terpaksa merumahkan 5 orang karena penghasilannya anjlok saat pandemi COVID-19 merebak.
“Penghasilan menurun hingga 50% jadi saya terpaksa rumahkan 5 karyawan,” kata Theodorus, kepada wartawan, Jumat (12/2).
Kendati tertatih, Theodorus dan para karyawannya terus berkreasi menghasilkan perabot rumah tangga seperti, Vas Bunga, Asbar Rokok, Guci, Celengan dan lainnya.
“Sehari kita bisa mengasilkan 20 asbak rokok. Ada juga guci, tergantung pesanan,” tandasnya.
Uniknya, gerabah tersebut dipercantik dengan gambar – gambar motif daerah TTU.
“Kita pakai motif daerah biar menarik tetapi ada ciri khasnya,” terang Theodorus.
Penjualan hasil produksi gerabahnya, lanjut Theodorus, masih sebatas wilayah Nusa Tenggara Timur (NTT).
“Sekarang omset menurun drastis. Sebelum pandemi pengahsilan bisa sampai Rp6 juta per bulan, tetapi sekarang paling tinggi 2 juta,” pungkasnya.
Namun demikian, Theodorus mengaku tidak pernah tersentuh bantuan. “Saya sudah pernah mengajukan, tapi sampai sekarang tidak dapat apa – apa,” aku Theodorus.
Dia berharap pemerintah bisa memperhatikan usaha yang sedang digelutinya.
“Selain bantuan modal usaha, kami berharap pemerintah bisa membantu pemasaran hasil produksi kami,” pintanya. (Novi Maudemu).
Komentar