Kupang, NTT
Setelah viral pemberitaan di media massa tentang Cerita Pilu Gadis 14 Tahun di Kupang, Rawat Bayi di Gubuk Derita akibat Diperkosa, berbagai reaksi muncul dari para pembaca.
Ada yang marah dan mengutuk pelaku pemerkosaan. Ada yang iba hingga tak sadar meneteskan air mata.
Bahkan ada yang terketuk pintu hatinya untuk berbagi berka, sekadar meringankan beban derita DS, putri kedua Ukribat Seo.
Beberapa dermawan asal Singapore dan Hongkong mengirimkan sejumlah uang yang langsung ditransfer ke rekening ayah DS, Ukribat Seo.
Sementara seorang pengusaha dari negara Timor Leste, yang tidak ingin namanya dipublikasi, kepada wartawan mengatakan pihaknya ingin membantu tetapi dalam bentuk sembako.
Karena itu Ia mengirimkan sejumlah uang melalui koleganya dan kemudian uang tersebut dibelanjakan seluruhnya dengan Sembako.
“Setelah bantuan sembako kami antar, saya video call dengan beliau (Donatur) langsung bicara dengan Ukribat Seo, ayah dari DS”, kata Amar Ola Keda, wartawan liputan6 yang dipercaya untuk mengantar bantuan ke keluarga Ukribat Seo.
Ukribat dan seisi rumahnya menangis haru karena tak menyangka masih banyak orang baik yang mau membantu meringankan beban derita keluarganya.
“Kami ini orang miskin yang biasanya dipandang sebelah mata, tapi ternyata Tuhan masih menaruh kasih di hati orang – baik ini, sehingga kami dibantu, Tuhan akan membalas berlipat ganda bantuan bapa mama, baik bantuan moriil maupun materil”, ujar Ukribat menahan haru.
Sementara DS, sambil memeluk bayi mungilnya, menangis tersedu – sedu. “Terima kasih banyak buat bapa mama yang sudah bantu saya, saya tidak bisa balas semua kebaikannya, Tuhan sumber berkat pasti akan membalas semuanya”, kata DS sambil menangis.
DS dan ayahnya, Ukribat, berharap pihak kepolisian dapat menuntaskan kasus yang menimpa DS. “Saya minta proses hukum terhadap pelaku harus tuntas”, pinta Ukribat.
Mari, buka hati dan buka dompet anda untuk meringankan beban derita DS sekeluarga.
Sebumnya, media ini mengulas musibah yang menimpa DS dengan tajuk
“Cerita Pilu Gadis 14 Tahun di Kupang, Rawat Bayi di Gubuk Derita akibat Diperkosa”.
Ini adalah Kisah pilu perjuangan seorang gadis kecil di Kabupaten Kupang, Nusa Tenggara Timur (NTT), sebut saja DS. Gadis berusia 14 tahun ini harus melupakan keceriaan masa kecilnya bahkan tak sempat merasakan indahnya masa remaja karena harus berjuang melawan getirnya kehidupan.
Ukribat Seo, ayah sang gadis malang itu, dengan bibir gemetar dan terbata – bata menceritakan musibah yang menimpa putri kecilnya.
“Terlalu sakit melihat nasib anak saya. Dia masih terlalu kecil untuk menjadi seorang ibu”, ungkap Ukribat mengelus kepala anaknya DS yang sedang menggendong bayi.
Sambil menarik napas dalam – dalam kemudian menghembus panjang, Ukribat mengatakan kendati hidup susah, Ia berjuang agar anak – anaknya tetap sekolah. Namun sayang, cita – cita DS, gadis kecilnya harus pupus di kelas 2 salah satu Sekolah Menegah Pertama Negeri di Kabupaten Kupang, NTT.
“Kami kadang makan, kadang tidak, tetapi saya berjuang untuk anak – anak saya sekolah agar kelak nasib mereka tidak seperti saya”, ungkap Ukribat yang tidak sadar jika beberapa butir air mata mengalir di pipinya.
Sambil menyeka matanya yang mulai sembap, ayah 6 orang anak ini mengatakan, April 2018 merupakan awal kisah hitam itu diketahuinya, Dia merasa baq disambar petir saat mengetahui anak keduanya yang masih duduk di bangku SMP dinyatakan positip hamil.
“Awalnya Dia (DS) Sering muntah-muntah, kami kira maagnya kambuh. Lama kelamaan perutnya mulai membesar, kami kira anak kami terkena penyakit berbahaya, ternyata memang benar setelah periksa di Puskesmas, DS positif hamil”, ujar Ukribat sambil meneteskan air mata.
Ketika ditanya ihwal kehamilannya, DS mengaku Ia diperkosa lelaki yang selama ini Ia anggap sebagai kakaknya sendiri. Ia mengaku lelaki itu bernama, Aner Sabu, seorang mahasiswa Universitas Negeri di Kupang.
Isteri Ukribat, Marci Sopaba juga mengaku meski dekat dengan anak perempuannya tetapi tidak mengetahui tanda-tanda jika anaknya itu sedang hamil.
Menurut perempuan yang berprofesi sebagai tukang cuci keliling ini, DS adalah anak pendiam dan rajin. Bahkan tidak pernah jalan-jalan seperti teman seusia Dia.
“Pulang sekolah hanya di rumah. Urus masak dan jaga adik-adiknya. Mereka tahu orangtuanya miskin sehingga mereka tidak seperti anak-anak lain”, katanya.
Semakin pilu kehidupan keluarga Ukribat, sang buruh kasar, ketika anaknya dinyatakan positif hamil, berhenti dari sekolah dan harus mendekam dan harus menanggung malu di gubuk reot berukuran 3X4 meter, dinding kayu tanpa kamar dan lantai tanah di RT 028 RW 012, Desa Noelbaki, Kecamatan Kupang Tengah.
30 November 2018, DS harus bertaruh nyawa. Ia berjuang sendiri hingga melahirkan bayi perempuan di RS Leona Kupang. Bayi sehat dengan berat 3 kg itu dilahirkan normal tanpa operasi.
Dengan kondisi ekonomi yang cukup memprihatinkan, keluarga Ukribat merawat bayi perempuan DS dengan kasih sayang yang tulus.
Tidak seperti bayi pada umumnya, bayi mungil DS harus ikut merasakan getirnya kehidupan kelurga Ukribat. Bale – bale (Ranjang, Red) beralaskan tikar tanpa kasur atau spon menjadi tempat tidur sang bayi manis dan ibunya (DS).
Sedangkan Ukribat dan Istrinya, beserta 5 orang anak lainnya tidur berdesakan di lantai tanah beralaskan tikar seadanya.
Sungguh luar biasa. Disaat Kota Kupang ramai dengan kasus pembunuhan bayi oleh mahasiswa, siswi SMP ini memilih mempertahankan bayinya meski tanpa ayah yang bertanggung jawab.
Kini, bayi itu sudah berumur dua bulan. Hidup di gubuk dan makan seadanya, namun gadis kecil itu tetap tegar. Menyusui dan merawat bayinya penuh kasih layaknya orang dewasa.
Ketika “Badai” menerpa DS
Sore itu, usai memasak untuk persiapan makan kedua orangtuanya, DS didatangi Aner Sabu, lelaki yang selama ini dianggap kakaknya sendiri.
Aner mengajak DS menemaninya mengambil tugas kuliah di temannya di wilayah Oesapa, Kota Kupang. Ajakan itu sempat ditolak DS dengan alasan kedua orangtuanya belum pulang. Namun, ia tetap dibujuk Aner.
“Saat itu bulan Februari 2018, Dia (Aner) ajak ambil tugas dan langsung kembali ke rumah. Akhirnya saya ikuti saja. Saat itu sekitar jam 5 sore”, tutur DS.
Rupanya ajakan Aner itu hanyalah modus untuk melancarkan aksi bejatnya. Dalam perjalanan, sepeda motor yang dikemudikan Aner membelok ke arah Penfui. Karena sedang hujan, DS tak berbicara apa-apa. Ia baru sadar ketika sepeda motor yang ditumpanginya berhenti di area Bukit Cinta. Saat hendak bertanya, tiba-tiba tangannya sudah ditarik paksa oleh Aner menuju hutan gamal. DS berusaha meminta tolong dengan berteriak, namun mulutnya langsung dibekap tangan kekar, Aner.
Dalam kondisi terancam, DS sempat malakukan perlawanan dan berusaha melarikan diri, namun akhirnya terjatuh ketika kepalanya dihantam sebatang kayu panjang. Aner kemudian kembali menangkap DS.
Sambil mengancam akan membunuh DS, Aner kemudian melucuti pakaian DS secara paksa. Karena takut dibunuh, DS hanya pasrah dan “Badai” itu pun terjadi.
Kehormatan Siswi SMP itu akhirnya direnggut paksa mahasiswa asal TTS itu. Dalam kondisi lemas usai diperkosa, DS memohon untuk segera diantar pulang, karena hari sudah malam.
Namun, lagi – lagi tubuh mungil DS ditindih Aner dengan berigas di tengah hutan gamal itu. tanpa ampun Dia menyetubuhi gadis kecil itu hingga tiga kali.
Usai melampiaskan nafsu bejatnya, Aner mengancam akan membunuh DS jika memberitahu orang tuanya.
“Tiga (3) kali Dia perkosa saya. Sekitar jam 8 malam dia antar pulang. Dia ajarkan, kalau orangtua tanya, bilang saja ban motornya pecah sehingga kemalaman”, ujar DS mengisahkan tragedi yang dialaminya.
Rahasia itu pun terbungkus rapih hingga tidak ada yang tahu. Bahkan DS beraktifitas dan bersekolah seperti biasa.
Namun benar kata orang bijak, Sepintar-pintarnya bangkai ditutupi, baunya tetap tercium juga.
April 2018, rahasia yang dibungkus DS karena diancam Aner, akhirnya terbongkar saat petugas kesehatan mengatakan DS positif hamil.
Orang Tua Minta Keadilan dari Penegak Hukum
Kedua orangtua DS yang hanya berijazah SD pasrah menerima kenyataan. Mau mengadu ke siapa? Sementara perut DS semakin membesar.
Kehamilan DS akhirnya diketahui pihak sekolah. Ukribat dan Marci, orangtua DS dipanggil kepala sekolah. Lewat kepala sekolah, DS dan orangtuanya disuruh mengadu ke lembaga Rumah Perempuan Kupang.
Berkat bantuan lembaga ini, DS dibawa ke Polsek Tarus untuk membuat laporan polisi. Polisi pun melakukan penyidikan. Selain mengambil keterangan korban dan orangtuanya, polisi juga sudah mengamankan baju dan pakian dalam korban sebagai barang bukti.
“Saya hanya minta pelakunya dihukum biar bisa sadar”, harap Marci, ibunda DS.
Kapolsek Kupang Tengah, AKP Bertha Hangge mengatakan, kasus ini dilaporkan November 2018 lalu dan sudah pada tahap penyelidikan. Namun, pihaknya masih terkendala anggaran uji DNA.
“Korban sudah mengaku, terduga pelaku juga sudah diperiksa, tinggal tunggu hasil tes DNA untuk mengetahui ayah biologis, karena ini bukan lagi kasus pencabulan, karena korban sudah melahirkan, sehingga harus tes DNA untuk memenuhi dua alat bukti,” jelas Bertha.
Dia meminta keluarga korban untuk menghormati proses hukum. Karena kasus ini akan terus diproses hingga tuntas.
“Satu saksi bukan saksi, karena tidak ada yang tahu pelaku membawa korban, sehingga harus tes DNA untuk penuhi alat bukti. Sekarang tahun anggaran baru, kita tunggu DIPA untuk dianggarkan dan kita tes DNA di Labfor Polri”, katanya.
Adrianus Ndu Ufi, pemerhati kemanusiaan mengatakan, semestinya polisi proaktif mengungkap kasus yang menimpa gadis bawah umur itu.
“Ini anak di bawah umur, polisinya kok lambat.Polisi harus cepat, agar tidak dianggap polisi lindungi pelaku”, tegas Ndu Ufi.
Dia mengapresiasi ketabahan DS, karena peristiwa yang dialaminya tidak membuatnya berniat membunuh anaknya tetapi malah memilih merawatnya.
“Anak ini termasuk dari sekian perempuan yang mau melindungi anaknya, karena itu Ia harus dilindungi”, tegas Ndu Ufi. (MBN01/ DT)
Komentar