Balitbangda Beberkan Hasil Penelitian Pariwisata Budaya

Metrobuananews.com | Kupang – Badan Penelitian dan Pengembangan Daerah (Balitbangda) Provinsi Nusa Tenggara Timur membeberkan hasil penelitiannya yang dilaksanakan selama tiga (3) bulan, terkait pariwisata budaya dan dampaknya bagi masyarakat.

Kegiatan yang dikemas dalam seminar yang bertajuk Pariwisata Budaya Berkelanjutan di Provinsi Nusa Tenggara Timur itu digelar di aula Camplong, Swiss Bellin Hotel, Kamis, (4/10/2018).

Kepala Balitbangda provinsi NTT , Thomas Bangke, SE, MSi, saat membuka seminar, mengatakan, pariwisata di Indonesia mengalami perkembangan dari waktu ke waktu, hal tersebut dapat dilihat dari peningkatan jumlah kunjungan wisatawan baik mancanegara maupun domestik.

“Pada tahun 2016 jumlah kunjungan wisatawan Mancanegara (wisman) mencapai 11,52 juta kunjungan atau naik 10,70 persen. Sedangkan wisatan nusantara (Wisnus) mencapai 264, 34 juta atau naik 3,09 persen dibanding tahun 2015”, urai Thomas.

Meningkatnya jumlah kunjungan, lanjut, Thomas, membuat sektor pariwisata menjadi penyumbang devisa ketiga terbesar bagi pembangunan Indonesia, setelah kelapa sawit.

“Kunjungan wisman dan winus ini berdampak pada peningkatan devisa, penciptaan lapangan kerja dan kesempatan berusaha”, ujar Thomas.

Dia berharap, dengan berkembangnya pariwisata di Indonesia, khususnya NTT memberi dampak bagi pertumbuhan ekonomi masyarakat.

Seorang peneliti, Deni Alfian Mba, S. Fil, M. Si dalam pemaparannya mengatakan hasil kajian studi kasus di tiga (3) daerah yakni Sumba Timur, Sumba Barat Daya dan Sabu Raijua menunjukan bahwa wisata budaya di ketiga daerah tersebut sangat unik, menarik, dan memiliki nilai jual yang tinggi dengan karakternya masing-masing.

“Keunikan wisata budaya di ketiga daerah ini sangat luar biasa. Keberlangsungannya harus dipertahankan agar dapat dinikmati generasi berikutnya”, ungkap Deni.

Dia menjelaskan, hasil observasi yang diperoleh saat penelitian menunjukan masih ada ketimpangan dalam masyarakat pemilik budaya tersebut.

“Kontribusi langsung belum mereka dapatkan secara maksimal”, ujar Deni.

Menurutnya, hasil penelitian menujukan kontribusi ekonomi sektor pariwisata terhadap penduduk di destinasi wisata budaya masih sangat minim.

“Efek langsung pariwisata masih kurang dirasakan oleh masyarakat lokal”, katanya.

Dia mengajak semua pihak untuk terlibat dan bertanggung jawab atas keberlangsungan pariwisata dan budaya di Nusa Tenggara Timur. (MBN01/**)

 

Komentar