Metrobuananews.com | Kupang – Jika jenuh menyapa “Sunset” di bibir pantai, bercandalah dengan senja di “Tepi Sawah”, kala pemilik cahaya kembali ke peraduannya.
Bagi anda pemuja keindahan, tak elok rasanya jika selalu menikmati matahari terbenam (sunset) di tepian pantai. Cobalah menikmati bias kemilau mentari merambat di pucuk padi yang menawarkan sejuta keindahan di tengah hamparan sawah.
Lantas dimanakah letak keindahan itu? Jangan risau, bertengger di batas Kota, sebuah kafe kecil dengan konsep serba alami siap menjamu mata dan menenangkan jiwa anda.
Kafe tersebut terletak di sisi jalan Timor Raya, batas Kota Kupang dan Kabupaten Kupang, tepatnya di daerah Manikin, sekitar 15 kilometer, berada di wilayah Kelurahan Tarus, Kecamatan Kupang Tengah, Kabupaten Kupang.
Lantaran letaknya di tepi sawah, kafe tersebut oleh pemiliknya diberi nama Kafe Tepi Sawah.
“Kenapa konsepnya out door, karena konsep in door sudah terlalu banyak. Lalu kenapa diambil suasana alam, karena NTT punya banyak potensi alam yang tidak dimanfaatkan secara maksimal dan itu adalah sebuah peluang”, kata pemilik Kafe Tepi Sawah, Alfred Oematan.
Sebagai salah pendiri Kafe Sunset di pantai Oesapa, Alfred melihat peluang yang belum di ketahui banyak orang, bahkan ada yang mencibir ketika Dia mulai berpikir untuk membangun Kafe di tepi sawah.
“Saya adalah salah satu pencetus berdirinya kafe di pantai Oesapa, Kafe Sunset itu kafe pertama di Pantai Oesapa. Pantai sudah terlalu ramai, karena itu saya berpikir untuk bagaimana menciptakan tempat rekreasi baru bagi masyarakat kota dan kabupaten Kupang yang nampaknya mulai jenuh dengan suasana pantai”, ungkap Alfred.
Menurut pria yang pernah melanglangbuana di pulau Dewata Bali itu, alam NTT tidak kalah menarik dengan Bali, namun belum ada tangan terampil yang memberi sentuhan keindahan, karena itu Dia mencoba menciptakan keindahan dari hal – hal yang sederhana.
“Saya desain tempat ini seperti Ubud (Bali) tetapi sedikit berbeda karena di sini tidak ada terasering, semua fasilitas di sini serba natural”, ungkap Alfred.
Kreativitas tanpa batas membuat anak muda ini mampu menciptakan lapangan kerja bagi generasi muda yang kian sulit mendapat pekerjaan.
“Karyawan saya untuk sementara baru belasan orang, karena kami baru soft opening pada awal bulan september 2018. Kedepan saya punya planning untuk buka lagi di belakang, hamparan sawah lebih luas dan saya yakin lebih bagus”, terang Alfred.
Kafe Tepi Sawah menawarkan keindahan yang sangat alami. Betapa tidak, pengunjung dapat menikmati menu dari wadah yang terbuat dari tempurung kelapa sambil menikmati indahnya hamparan padi.
Tak ada dentuman musik rock and rol di Kafe Tepi Sawah, yang ada hanyalah nyanyian kodok yang bersahutan. Teduh dan menghanyutkan.
Ketika malam tiba, cahaya lampu lampion yang bergelantungan menambah romantisme di Tepi Sawah.
Bagi anda pecinta fotografi, salah satu sudut kafe ini bisa menjadi pilihan untuk memperoleh foto – foto nyentrik dengan background alang – alang.
Kafe Tepi Sawah buka setiap hari mulai pukul 15.00 sampai 24.00 Wita.
Penasaran? Menepilah sejenak di Kafe Tepi Sawah. Lepas penat, buang kejenuhan, alam memberi kedamaian.(MBN01)
Komentar