Oleh : Pius Rengka
Sesungguhnya empat pasangan calon Gubernur NTT yang sudah mendaftar pekan lalu itu adalah pasangan calon hasil rekrutan maksimal Partai Politik. Mereka direkrut untuk menjadi pejabat negara. Penentu akhir ditentukan rakyat.
Memang, dalam perjalanannya, ada saja orang protes tentang proses dan hasil rekrutan itu. Tetapi ada pula di antaranya yang memuji-muji.
Realitas protes dan pujian itu, sebaiknya dipandang sebagai bagian dari dinamika sosial dalam skema pematangan perilaku dan budaya partai politik, sekaligus proses pendidikan politik bagi masyarakat.
Yang penting bagi saya, bukan tentang siapa calon yang direkrut Parpol, tetapi apakah kualitas dan integritas para calon itu mendekati harapan ideal rakyat untuk konteks problem masyarakat NTT. Karena itu, saya selalu menyerukan agar para team sukses menghindari sedemikian rupa ujaran hujat menghujat antara satu team dengan team sukses lain, melainkan para team berani menampilkan track record masing-masing calon dari sebanyak mungkin dimensi.
Dimensi sejarah hidupnya, sejarah politiknya, sejarah perilaku sosial dan individualnya. Hal itu diperlukan sebagai salah satu model pendidikan politik bagi masyarakat agar masyarakat dilibatkan dalam proses seleksi mencari pemimpin sekaligus rakyat berhak memberikan pendidikan politik kepada para kandidat.
Misalkan saja, ada kasus hukum apa pun atas para calon kita, sudah saatnya dan memang sudah selayaknya dipertanggungjawabkan dalam ranah publik agar kelak clear adanya. Kasus apa pun, ringan atau berat, perdata atau pidana, semuanya perlu dikisahkan agar rakyat terbiasa menjadi hakim agung yang sesungguhnya. Mereka buat pertimbangan matang sebelum menentukan pilihan a priori.
Hal itu diperlukan karena, pemimpin harus sungguhnya menyadari bahwa mereka nyaris tidak lagi menjadi dirinya sendiri di ruang sepi, melainkan menjadi pribadi publik yang membutuhkan penilaian publik sebelum dia atau mereka ditentukan dalam proses pemilihan.
Saya sungguh sadar, semua kita tak kecuali, memiliki masa silam.
Tentu saja menghakimi masa silam bukanlah pekerjaan gampang, tetapi untuk kepentingan publik masa silam adalah semacam lampu spion agar kita awas memahami track record entah dari siapa pun yang berminat di panggung publik. Kira-kira begitulah.
Komentar