Ketika yang Lain Cemas, SPK Lantunkan Kidung Syukur Sambil Petik Gitar, Nikmati Masa Tenang

 

Kupang, NTT

Hiruk pikuk politik dan aktivitas kampanye telah menepi di puncak juang.

Tiga (3) bulan bertaruh dengan waktu dan berbagai rintangan, untuk merajut harapan bagi kaum marginal yang tertindas kemiskinan.

Peluh dan air mata menjadi teman sejati kala menapaki jalan juang untuk  menata asa kaum terpinggirkan, kendati demikian, tidak ada kata lelah apalagi menyerah.

Simon Petrus Kamlasi, putra terbaik NTT yang lahir dari rahim negeri cendana wangi, memiliki tekad yang kuat untuk berdiri tegak menjadi sahabat dan saudara bagi mereka yang dilegitimasi sebagai masyarakat miskin ekstrim.

Tidak terasa Tiga (3) bulan telah berlalu. Sang Jemderal telah berkeliling, dari kampung ke kampung, dari rumah ke rumah, hingga pelosok terpencil pun didatangi untuk mendengar keluh kesah kaum rentan.

Kemilau senja 23 November 2024 menutup masa kampanye pasangan calon Gubernur dan wakil  Gubernur NTT.

Simon Petrus Kamlasi yang berlatar belakang TNI sangat tertib dan taat dengan waktu.

Dia menghentikan semua aktivitas kampanye dan meminta semua tim dan simpatisan untuk memaknai masa tenang dengan ucapan syukur.

“Kita telah diberi kekuatan dan kemampuan selama menjalani masa kampanye, karena itu kita patut mensyukuri anugerah Tuhan yang luar biasa itu,” ungkap SPK, Senin (25/11/2024).

Hari pertama masa tenang, SPK meluangkan waktu berbagi cerita dengan prajurit belalang tempur (tim media) besutan “komandan” Elias Jawamara.

“Terima kasih teman – teman belalang tempur, kalian luar biasa, memiliki ide – ide kreatif dan telah membuat seorang tentara menjadi tokoh publik yang populis,” ujar SPK penuh ketulusan.

SPK yang dulunya “susah senyum”kini menjadi sosok populis yang disenangi karena ketulusan dan keikhlasan dan senyum yang tidak dibuat – buat.

Pertemuan sederhana penuh makna diakhiri dengan makan siang bersama.

Tidak ada sekat antara sang jenderal, para petinggi partai yakni kakanda Alex Ofong dan kakanda Anwar Hadjral bersama ketua tim pemenangan, kakanda Kristo Blasin, dan para perakit naskah atau juru ketik keliling.

Semua berkomitmen untuk tidak menciderai masa tenang dan demokrasi dengan cara – cara tidak bermartabat.

Hari kedua masa tenang, sang Jenderal memilih untuk tetap tenang di rumah, merefleksi perjuangan yang telah dilakukan selama tiga (3) bulan.

Ditemani isteri tercinta, Esther Meilany Siregar, SPK memetik dawai gitar kesayangannya sambil melantunkan kidung rohani.

Bagi SPK dan Nyonya Esther, hidup adalah anugerah, karena itu harus selalu bersyukur.

“Di masa tenang ini saya ingin memaknainya sebagai momentum untuk merefleksi diri dan mensyukuri semua yang Tuhan buat dalam kehidupan kami,” ujar SPK diamini nyonya Esther.

Menurut SPK, tidak perlu mencemaskan apa yang terjadi nanti, karena hari esok ada di dalam tangan Tuhan.

“Setiap hari esok memiliki dua pegangan. Kita bisa menggenggamnya dengan pegangan kecemasan atau pegangan iman. Saya mengimani bahwa Tuhan tidak pernah mengecewakan hambanya yang bersandar padaNya,” tutup SPK.

Komentar