Kupang, NTT
Sepuluh (10) hari menjelang pemilihan Gubernur NTT, para calon gubernur dan wakil gubernur makin gencar bergerilya mecari dukungan rakyat.
Berbagai strategi dan gimmick politik dimainkan para kandidat untuk meraih simpati rakyat.
Aksi tebar pesona pun makin masif dilakukan. Mulai dari pamer kedekatan dengan “orang penting” hingga saling klaim keakraban dengan “penguasa”.
Bahkan tidak dipungkiri, lokasi bencana seakan dijadikan lahan menebar kebaikan berbalut baliho.
Derap perjuangan para politisi ini menyita perhatian masyarakat NTT, mulai dari petani, nelayan, peternak hingga para pekerja media.
Wens John Rumung, seorang wartawan senior NTT yang sudah malang melintang di dunia tulis menulis lebih dari 45 tahun angkat bicara.
Di dalam video berdurasi 7 menit 11 detik itu, WJR demikian sapaan akrab sang legenda dunia pers NTT ini mengkritisi para pasangan calon gubernur dan wakil gubernur NTT.
WJR mengaku sejak awal dia sangat senang atau bangga dengan kehadiran Melki Laka Lena dan Ansy Lema di panggung politik NTT. Pasalnya, kedua orang ini saat menjadi anggota DPR RI sangat vokal memperjuangkan nasib rakyat NTT yang masih dalam kemiskinan.
“Tetapi saya terpaksa merubah pandangan dan dukungan saya dari kedua figur tersebut. Alasannya apa, pertama, saya melihat perilaku Melki – Johni yang mulai telepon para menteri lah, segala macam, sampai menghadap Jokowi dan duduk di hadapan Jokowi di Solo lalu divideokan dan dipamer, itu perilaku yang salah,” tegas WJR.
Menurutnya, seorang calon pemimpin tidak seharusnya bersikap demikian, namun tetap berada di tengah masyarakat, mencari simpati dengan menawarkan ide dan gagasan brilliant.
“Cari muka lah di depan rakyat yang miskin, jangan di depan pejabat. Menteri itu urusannya di 33 provinsi dan seluruh rakyat Indonesia. Sementara Melki Laka Leha, Ansy Lema dan Simon Petrus Kamlasi, untuk membangun NTT,” ungkap WJR.
Dia menegaskan, Nusa Tenggara Timur, merupakan provinsi yang kaya akan sumber daya alam dan sumber daya manusia.
“Tetapi mengapa telepon menteri sok hebat, Ansy juga begitu, telepon BNPB, di sana itu sudah ada aturannya, jadi muak sekali, saya rasa tidak etis, cara pejabat bukan cara seperti ini. Yang benar itu, masuklah ke rumah orang – orang miskin,” tandas WJR.
Lebih lanjut wartawan senior ini mengaku kagum dengan sosok Simon Petrus Kamlasi, yang bersahaja dan tidak mengumbar kedekatan dengan orang – orang di lingkaran kekuasaan, kendati memiliki kolega di sana.
“Saya mengagumi cara kampanye Simon Petrus Kamlasi, sudah pernah bertatap muka dengan Presiden Prabowo, tetapi Simon Petrus Kamlasi tidak pernah mengangkat telepon atau mencari muka di pejabat pusat,” ungkap WJR.
“Bahkan saat gunung Lewotobi meletus, beliau langsung pergi ke sana malam – malam, membawa bantuan bagi korban erupsi tanpa menunjukan identitasnya sebagai calon gubernur, ini adalah pemimpin yang memiliki hati yang tulus,” imbuhnya.
Bahkan saat konser amal di Lapangan Sitarda Kupang, lanjut WJR, Simon Petrus Kamlasi, nyaris tidak menghadiri konser kemanusiaan itu karena masih berbagi cerita dengan masyarakat di pedalaman Sumba.
“Waktu itu pesawat tifak boleh terbang karena abu vulkanik dari Lewotobi cukup membahayakan, tapi karena pertolongan Tuhan, Simon Petrus Kamlasi tiba di Kupang dan bisa mengikuti kegiatan kemanusiaan,” urai WJR.
WJR juga dengan tegas mengkritisi calon gubernur NTT Ansy Lema soal calon wakil gubernur dari paslon nomor urut satu itu.
“Ansy Lema juga salah cara memilih wakilnya. Seorang wanita lahir di Krawang, Pengusaha, baru keluar dari PSI, masuk di Partai Hanura dan langsung jadi wagub. Seolah – olah wanita NTT tidak ada lagi yang hebat. Saya tau persis kualitas perempuan NTT karena saya meliput sejak zaman Ben Mboi sampai sekarang ini,” pungkasnya.
“Saya mengharapkan rakyat NTT tanggal 27 November, memilih itu pilihlah pemimpin yang bersih, yang rendah hati, bukan yang suka cari muka ke sana kemari, tapi yang cari muka di hadapan rakyat,” tutup WJR. (*)
Komentar