Waikabubak, NTT
Bukan di cafe mentereng atau restoran mewah, teras sebuah pondok sederhana di jalur Gaza, kelurahan Lewa Paku, kecamatan Lewa, kabupaten Sumba Timur, menjadi tempat mempertemukan kegelisahan para pemuda dan generasi Z dengan seorang sosok pemimpin sederhana dan merakyat.
Tidak ada alunan lagu – lagu lawas, gereja tua, cinta dan permata dan lainnya.
Suara suuueerrrp, suuueerrrp, samar-samar terdengar dari seruputan anak – anak muda bersama sang pemimpin yang sedang menikmati kopi senja.
Seperti halnya menyeduh kopi, ‘Membangun Harapan’ membutuhkan proses yang teliti dan penuh komitmen.
Rakyat boleh mendengar visi-misi calon pemimpinnya. Tapi, pemimpin harus mendengar suara rakyatnya.
Calon pemimpin yang merangsek hingga pelosok itu adalah Simon Petrus Kamlasi (SPK) calon gubernur Nusa Tenggara Timur (NTT).
SPK demikian sang Jenderal bintang satu itu akrab disapa, adalah tipe pemimpin yang lebih suka mendengar suara rakyat.
Putra terbaik Negeri Cendana Wangi, Timor Tengah Selatan (TTS) itu bergerak dari desa ke desa untuk mendengar keluh kesah rakyat, sembari menyampaikan mimpi – mimpinya membawa NTT lebih baik ke depan.
Seorang pemuda jalur Gaza, Ferianto Wairato, tiba – tiba memecah keheningan.
“Terima kasih bapak Simon Petrus Kamlasi sudah mampir di kampung kami, ini adalah kehormatan bagi kami warga jalur Gaza,” ujar Ferianto membuka percakapan.
Blak – blakan Ferianto menyampaikan unek – uneknya kepada calon gubernur nomor urut tiga (3).
“Kami tidak menyangka bisa bertemu dengan orang yang kami harapkan untuk membantu kampung kami, khususnya terkait masalah air,” ujarnya.
Ferianto menjelaskan, jalur Gaza merupakan daerah subur namun sangat kekurangan air.
“Pertanian di sini siatemnya tada hujan. Lahan kami hanya bisa dikelola satu kali setahun,” ungkapnya.
Senada disampaikan Meriance Anggraeni Djo. “Kami sangat berterima kasih atas kunjungan Bapak Simon. Kami mengenal bapak sebagai ‘Jenderal Air’, dan harapan kami sangat besar agar bapak dapat mengatasi kesulitan kami di sini,” ujarnya terbata – bata menahan haru.
Meriance mengisahkan begitu sulitnya mendapatkan air bersih untuk kebutuhan rumah tangga.
“Setiap hari kami harus berjalan jauh hanya untuk mendapatkan air,” keluhnya.
Mendengar curan hati berbalut gundah dari warga Lewa Paku, sembari tersenyum “Jenderal Air” mengatakan “tenang, sumber air sudah ada”.
“Saya sudah memgerjakan 400 titik air di NTT. Karena itu jika saya jadi gubernur maka saya akan fokus menyelesaikan masalah air, air bersih,air untuk pertanian dan air untuk peternakan,” jelas SPK.
Terkait persoalan air di lahan pertanian, SPK mengatakan jaringan irigasi menjadi salah satu kendala utama.
“Ke depan kita akan membuat jaringan irigasi dengan sistem geomembran sehingga air tidak terbuang karena kebocoran,” kata SPK.
Sementar untuk anak – anak muda, SPK siap memfasilitasi untuk pembukaan lahan pertanian.
“Bermimpi jadi ASN memang tidak sama, tetapi lahan kita masih sangat luas, sebagai daerah ayo kita gali potensi yang ada untuk membangun daerah kita,” ujar SPK.
“Kalau teman – teman kendala modal, saya akan bantu tetapi harus benar – benar kerja. Saya tantang untuk buka lahan sebesar 4 hektar,” imbuhnya disambut tepuk tangan meriah pemuda jalur Gaza.
Suasana kekeluargaan penuh kehangatan terasa di setiap alur diakusi dan nikmatnya kopi jalur Gaza.
Tidak terasa satu jam berlalu, matahari pun kembali ke peraduaanya.
Pertemuan singkat penuh makna itu pun harus berakhir. Calon gubernur dengan jargon paket SIAGA itu kembali menapaki langkah juang menuju gedung Sasando.
Komentar