Metrobuananews.com | Kupang – Unik dan mempesona. Itulah deretan kata sederhana yang menggambarkan keindahan kain tenun ikat pewarna alam dari Rote Ndao, kabupaten terselatan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
Pesona karya maha indah dari tangan terampil perempuan negeri sejuta lontar itu, ibarat kepingan surga yang tak ‘kan pudar keindahannya hingga menepi di ujung kiamat.
Keindahannya berbeda dengan tenun ikat pada umumnya. Betapa tidak, tenun ikat Rote Ndao merupakan simbol keanggunan perempuan Rote yang dikerjakan dengan penuh ketelitian dan cinta.
Setiap lembar kain tenun ikat merupakan hasil perpaduan antara rasa, imaginasi dan kreatifitas tanpa batas.
Jika menelisik lebih dalam tentang tenun ikat dan para penenun dari pulau yang berbatasan langsung dengan Benua Australia itu, anda akan dibuat tercengang.
Jari para penenun yang lincah menari di atas bentangan benang bukanlah para Sarjana bahkan ada yang hanya berbekal Sekolah Dasar, tetapi kain tenun yang dihasilkan melampaui akal seorang Sarjana.
Monalisya Bunga, seorang pengrajin tenun ikat asal Rote Ndao, kepada awak media menjelaskan, bahwa menenun merupakan keahlian yang wajib dimiliki oleh seorang perempuan, karena kedewasaan perempuan Rote tak hanya diukur oleh usia semata.
“Sebagai perempuan Rote kami harus bisa menenun, karena menenun menunjukan keanggunan dan kedewasaan. Zaman dulu, ketika seorang gadis sudah punya kemampuan mengikat motif, mencelup dan menenun, maka sudah layak untuk berumah tangga”, ungkap Monalisya sembari mengurai senyum.
Dengan perkembangan zaman, banyak penenun lebih cenderung menggunakan bahan sintetik yang menurutnya tidak ramah lingkungan.
“Kami pakai bahan pewarna alam, ada akar, daun dan umbi – umbian yang diracik menjadi pewarna. Hasilnya sangat bagus dan ramah lingkungan”, jelas Monalisya.
Terpisah, Bupati Rote Ndao, Leonard Haning, melalui kepala Bidang perindustrian, Ari Lenggu, di lokasi pameran provinsi NTT, Jumat (17/8/2018) menjelaskan, saat ini pemerintah Rote Ndao memberikan perhatian khusus kepada para pengrajin tenun ikat yang tergabung dalam 89 kelompok tenun ikat.
“Kami sudah alokasikan dana untuk pelatihan pewarnaan alamiah bagi 10 kelompok dan hasilnya sangat baik. Ada beberapa kain tenun yang kami bawa saat ini, yang lainnya ada di show room Dekranasda Kabupaten Rote Ndao, bagi yang berminat bisa langsung datang ke Rote”, ungkap Lenggu.
Lebih lanjut Dia menjelaskan, pesona tenun ikat Rote Ndao juga memikat hati orang nomor satu (1) Republik Indonesia, Presiden Joko Widodo dan ibu Negara, Ny. Iriana Joko Widodo saat berkunjung ke pulau terselatan NKRI beberapa waktu lalu.
“Beliau (Jokowi, Red) sempat memuji keindahan kain tenun ikat Rote, dan itu menjadi motifasi bagi kami”, ungkapnya.
Menurut Lenggu, pemerintah Rote Ndao bertekad akan terus memberdayakan para pengarajin tenun ikat dan kerajinan tangan lainnya, agar kemerdekaan juga benar dirasakan oleh para pengrajin.
“Rencananya, tahun ini kami akan melakukan penjajakan ke Bali terkait tenun ikat pewarnaan alam untuk menyempurnakan hasil karya para pengrajin tenun ikat Rote Ndao”, ujar Lenggu.
Kendati cuaca kurang bersahabat namun tekad Pemda Rote Ndao memamerkan karya anak bangsa dari negeri pemilik pantai Nemberala begitu kuat, sehingga selat Pukuafu tidak mampu menghalangi derap langkah mereka.
“Kami bawa kain tenun ikat, Ti’ilangga, alat musik Sasando, minyak kelapa murni (VCO), kacang Rote, Gula Lempeng dan Gula Semut”, terang Lenggu. (Nyongky)
Komentar