Bocah Pecandu Narkoba Butuh Penanganan, Pemprov NTT Dinilai Lamban

Metrobuananews.com | Kupang – Seorang bocah pecandu Narkoba di Nusa Tenggara Timur (NTT) membutuhkan pertolongan untuk direhabilitasi di rumah sakit ketergantungan obat (RSKO), namun pemerintah dinilai sangat lamban merespon.

Bocah berinisial VS (7) asal kabupaten Belu ini, menderita ketergantungan Narkoba jenis “Inhalan”.

“Inhalan” adalah merupakan uapan zat beracun yang dihirup untuk cepat mencapai “high”. Seperti semir sepatu, lem, toluene, bensin, minyak korek api, nitrous oksida atau “whippets”, cat semprotan, cairan pengoreksi, cairan pembersih, amyl nitrite atau “poppers”, pewangi ruang ganti atau “rush”, cairan pelarut pernis, atau pelarut cat lainnya.

Baca Juga:  Kepala BNN NTT : Narkoba adalah Transnational Crime, Penanganannya Butuh Kerjasama

Kepala Badan Narkotika Nasional Provinsi (BNNP) NTT, Brigjen Pol Muhammad Nur,  melalui kepala bidang (Kabid) rehabilitasi, Joni Didok, mengatakan VS sangat membutuhkan pertolongan namun karena keterbatasan dana hingga saat ini VS belum mendapat perawatan.

“Anak ini super aktif, dia sudah sangat ketergantungan dengan menghirup Bensin, sudah tidak bisa dirawat jalan lagi”,  jelas Joni.

BNNP NTT sudah menangani anak ini, tetapi menurut Joni,  selama 1 bulan perawatan di rumah sakit belum ada tanda – tanda membaik.

“Saat ini VS dikembalikan ke Atambua, kami sementara mempersiapkan segala sesuatu untuk membawa VS ke RSKO di Jakarta”,  jelas Joni.

Baca Juga:  Berantas Narkoba di NTT, Perlu Pembenahan Regulasi
Joni Didok, Kepala Bidang Rehabilitasi, BNNP NTT

Biaya perawatan VS, lanjut Joni, ditanggung RSKO tetapi biaya untuk orang tua yang mendampingi menjadi kendala.

“Kami sudah berkoordinasi dengan Gubernur NTT untuk membantu,  dan katanya sudah disposisi sampai ke bagian keuangan tetapi sampai hari ini belum ada informasi positif,  ini sudah satu bulan”, terang Joni.

Dia juga menyesalkan sikap pemerintah kabupaten Belu yang seakan – akan menutup mata dengan persoalan ini.

“Harusnya Pemkab Belu lebih proaktif karena penderita adalah masyarakat kabupaten Belu,  bukannya pasif saja”, ungkapnya kesal.

Baca Juga:  Tahun 2018, BNNP NTT Test Urine 10.598 Orang, 9 Positif Pengguna

Dia mengatakan,  VS diperkirakan membutuhkan perawatan minimal dua bulan di RSKO Jakarta untuk bisa sembuh.

“Di rumah sakit itu peralatannya lengkap,  lalu disana juga khusus menangani pasien ketergantungan obat, sehingga anak ini bisa kita selamatkan”, ungkap Joni.

“VS baru 7 tahun, masa depannya masih panjang,  kita harus selamatkan”, imbuhnya.

Dia berharap,  pemerintah propvinsi NTT dan pemerintah kabupaten Belu secepatnya merespon agar VS segera mendapatkan perawatan intensif. (MBN01)

 

 

Komentar