Kupang, NTT
Kota selalu identik dengan kemewahan, gedung bertingkat, pasar modern, restoran dan kehidupan yang glamour.
Sebagai Ibukota Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT), Kota Kupang juga tentu memiliki ciri sebagai wilayah perkotaan.
Namun demikian, tidak bisa dipungkiri bahwa di antara gedung bertingkat nan mewah, ada begitu banyak kaum papa yang hidup di gubuk reot.
Lantai tanah, dinding reot dari pelepah gewang dan atap seng “tua” berlubang, menjadi ciri kehidupan penuh derita kaum marjinal yang terpinggirkan.
Melihat realita tersebut, Wali Kota Kupang, Jefri Riwu Kore, sejak memimpin kota dengan julukan Kota Kasih ini, terpanggil untuk menata kehidupan masyarakat yang terhimpit kemisikinan.
Program bedah rumah digalakkan sebagai bentuk kepedulian dan komitmen untuk memberikan hunian layak bagi warga miskin.
Tahun 2020, pemerintah Kota Kupang membangun rumah layak huni bagi 42 keluarga miskin.
Masih teringat jelas, rumah pertama yang dibangun Jeriko, adalah rumah seorang Janda Lansia bernama Siti Abdulah, di Kelurahan Penfui, Kecamatan Maulafa.
Nenek Siti tidak pernah bermimpi untuk merenovasi rumah peninggalan mendiang suaminya. Sebab, untuk makan sehari – hari saja, nenek Siti kesulitan.
Suatu ketika, Wali Kota Jeriko menyambangi gubuk nenek Siti. Kehadiran Jeriko di gubuk reot wanita tua asal Flores Timur itu, ibarat tetesan embun di gurun pasir.
Nenek Siti menangis histeris saat mengetahui rumahnya akan “disulap” menjadi rumah yang layak huni.
Ungkapan terima kasih tak putus – putusnya diucapkan nenek Siti atas kepedulian Jefri Riwu Kore yang merubah gubuk reot menjadi “istana”.
Doa tulus nenek Siti dalam setiap Shalatnya, menjadi kekuatan bagi Jeriko untuk terus menebar kasih lewat program bedah rumah.
Tahun 2021, Jeriko kembali menjejaki setiap sudut Kota untuk menemukan mereka [warga] yang terpinggirkan.
Memang diakui, bahwa masih banyak warga yang membutuhkan bantuan. Tapi karena anggaran terbatas akibat pandemi COVID-19, sehingga tidak semua bisa sekaligus dibantu.
Kendati demikian, Jeriko tetap komit untuk memberikan hunian nyaman bagi warga kurang mampu.
Di penghujung tahun 2021, 99 kepala keluarga tersenyum sumringah karena bisa menempati rumah yang layak huni.
Bagi Jeriko, senyum kaum marjinal adalah bagian dari pergumulan dan doanya.
“Tahun ini (2022) kita akan bangun 249 rumah. Itu gunakan dana Sharing dengan pemerintah pusat. Kita siapkan Rp31 juta dan pemerintah pusat Rp20 juta, sehingga anggaran yang kita gunakan untuk membangun 1 rumah itu sebesar Rp51 juta,” kata Jeriko, saat ditemui media ini beberapa waktu lalu.
Namun bantuan rumah tersebut dikhususkan bagi 8 kelurahan saja, sesuai dengan kebijakan yang diambil pemerintah pusat.
“Oleh karena itu, kami alokasikan lagi 110 rumah untuk wilayah di luar dari bantuan kementerian (Pemerintah Pusat) dan 4 rumah untuk penyandang disabilitas,” jelas Jefri.
Dengan demikian, total rumah yang akan dibangun pada tahun 2022 ini sebanyak 363 rumah.
“Kalau Tuhan berkati kita, saya berharap semua saudara – saudara kita yang kurang mampu di Kota ini bisa kita tangani, minimal mereka punya rumah yang layak huni,” tutup mantan Anggota DPR RI itu. (MBN01)
Komentar