Semak Bunga Putih Dibalik Gelar Doktor Gustaf Oematan

Kupang, NTT

Semak Bunga Putih atau nama latinnya Chromolaena odorata, merupakan gulma berbentuk semak berkayu yang perkembangannya sangat cepat sehingga sulit dikendalikan.

Tumbuhan ini merupakan gulma padang rumput yang sangat merugikan para peternak, betapa tidak, di mana semak ini tumbuh, maka rumput dan hijauan lainnya tidak akan berkembang.

Tumbuhan pengganggu ini tumbuh dan berkembang dengan begitu liar dan subur di Nusa Tenggara Timur (NTT). Hal ini membuat para petani dan peternak menjadi resah.

Namun demikian, “si putih” juga yang akhirnya menghantar Gustaf Oematan meraih gelar Doktor di bidang peternakan dengan predikat sangat memuaskan.

Gustaf di penghujung masa studi S-3 pada Universitas Nusa Cendana, tergerak untuk berkontrubusi bagi para petani dan peternak. Karena baginya, setinggi – tingginya ilmu, akan lebih tinggi jika bermanfaat bagi sesama.

Melihat perkembangan Semak Bunga Putih yang makin meresahkan, mantan Dekan Fakultas Peternakan Undana ini, bertekat untuk memecahkan persoalan tersebut menjadi potensi bagi peternak yang mulai kekurangan pakan akibat tersebut.

Dengan judul Disertasi “Optimalisasi Biofermentasi Dalam Rumen dan Pertumbuhan Sapi Bali Menggunakan Silase Semak Bunga Putih (Chromolaena odorata) Disuplementasi Analog Hidroksi Metionin dan Asam Lemak tidak Jenuh”, Gustaf melakukan penelitian tentang bagaimana menjadikan “Si Putih” menjadi pakan ternak yang bernutrisi tinggi.

Baca Juga:  Dukung Program Pemprov NTT, PT GIN Tanam Ribuan Anakan Kelor

Chromolaena Odorata ini di NTT dan seluruh dunia dikenal dengan gulma, ini merupakan muauh padang penggembalaan, kalau dia (CO) tumbuh di mana maka rumput akan mati, merusak lahan produktif”, jelas Gustaf dalam sidang terbuka program doktor ilmu peternakan, yang digelar di Aula Program Pasca Sarjana Undana, Kamis (12/11/2020).

Namun demikian, Gulma ini miliki memiliki kandungan nutrusi yang sangat baik, memiliki kandungan protein 15 sampai 35 persen, memiliki senyawa asam amino, metanin sangat kurang, namjn menmiliki senyawa anti nutrisi sehingga tidak bisa digunakan sebagai pakan.

“Karena itu saya melakukan proses biofermentasi, untuk membuatnya menjadi selase dan saya gunakan sebagai inggredien ransum sehingga diberikan kepada ternak dalam bentuk kosentrat”, urai Gustaf

Menurutnya, hasil fermentasi yang sudah dijadikan kosentrat ketika diberikan kepada ternak ternyata menghasilkan penambahan berat badan yang sangat tinggi.

Baca Juga:  Nestlé KOKO KRUNCH Gelar Koko Olimpiade di Kupang

“Pertambahan berat badan maksimal mencapai 0,68 kg/hari, ini artinya bahwa senyawa Chromolaena memberikan kontribusi positif terhadap peningkatan produksi dan produktifitas ternak di NTT “, tukasnya.

Usai memaparkan Disertasinya, Gustaf menyampaiakan apresiasi dan terima kasih kepada promotor dan penguji yang telah membantu mewujudkan mimpinya menjadi seorang Doktor.

“Tahun 2005 ketika undang – undang Dosen keluar, ada satu statemen dari Prof. Umbu Data, yang selalu terngiang yakni “Jangan jadi Dosen Minimalis”, tapi haris berusaha untuk menyelesaikan study pada puncak yakni Doktor, dan itu yang membuat saya termotifasi untuk kuliah. Terima kasih prof, terima kasih untuk semua yang telah mendukung saya selama saya berjuang meraih gelar Doktor”, ungkap Gustaf.

Dari 3 promotor dan 10 penguji yang menguji Disertasi Gustaf Oematan, salah satu diantaranya yakni Ir. Marthen L Mullik, PG Dip, Agr. St, PhD., memberikan apresiasi kepada Gustaf Oematan atas penelitian yang dilakukannya.

“Sayan ingin menyampaikan proficiat karena anda adalah salah satu orang yang termasuk dalam kelompok yang jarang di dunia, yang meneliti tentang isue dunia, karena Chromolaena ini sudah dianggap musuh dunia, bahkan ada satu asosiasi internasional yang setiap tahun bertemu untuk bagaimana memusnahkan Chromolaena”, kata Mathen Mullik.

Baca Juga:  Perkuat Kinerja Birokrasi Lewat Motivasi 5Q

Penyebaran Chromolaena, lajut Mullik, dimulai dari Afrika sampai Asia, ternasuk sampai di pelosok Nusa Tenggara Timur.

“Ini adalah sebuah upaya untuk mecahkan sebuah persoalan besar dan saya melihat bahwa saudara (Gustaf Oematan red) sudah cukup dalam koridor penelitian Disertasi”, puji Mullik.

Para penguji dan promotor berharap hasil penelitian tersebut kemudian dapat disernigakan dengan program pemerintah baik dinas pertanian, peternakan maupun dinas terkait lainnya untuk meningkatkan produksi dan produktifitas ternak Sapi di Nusa Tenggara Timur.

Akumulasi penilaian dari para promotor dan penguji menyatakan bah2a Gustaf Oematan layak menyandang Gelar Doktor di bidang peternakan.

Dengan demikian Dr. Ir. Gustaf Oematan M.Si, merupakan Doktor ke-18 yang dihasilkan oleh Program Pasca Sarjana Universitas Nusa Cendana. (MBN01)

Komentar